Banyak pasangan yang setelah menikah mulai merindukan masa pacaran. Masa di mana hubungan terasa ringan, penuh kejutan, dan minim tanggung jawab. Namun seiring berjalannya waktu, pernikahan menghadirkan realitas baru: pekerjaan, anak, finansial, dan beban emosional yang tidak pernah muncul di masa pacaran. Dari situlah nostalgia sering datang, membuat pasangan merasa masa lalu lebih bahagia dibandingkan masa kini.
Padahal, pernikahan yang sehat tidak bergantung pada kenangan indah di masa lalu, melainkan pada kemampuan dua orang untuk menumbuhkan cinta yang relevan dengan kehidupan mereka saat ini. Cinta yang dewasa bukan sekadar perasaan, tetapi keputusan untuk terus hadir dan beradaptasi.
Berikut panduan informatif dan edukatif yang bisa membantu pasangan membangun pernikahan yang kuat tanpa terjebak romantisme masa pacaran.
1. Pahami Perbedaan Emosi antara Pacaran dan Menikah
Secara psikologis, masa pacaran memicu hormon dopamin dan oksitosin yang tinggi. Dua hormon ini membuat seseorang merasa bahagia, antusias, dan selalu ingin bersama. Namun setelah menikah, kadar hormon tersebut menurun karena hubungan memasuki fase stabil.
Inilah sebabnya mengapa cinta di masa pacaran terasa “menggebu,” sementara cinta dalam pernikahan terasa lebih datar. Ini bukan tanda kebosanan, melainkan proses alami ketika hubungan mulai berpindah dari euforia ke keintiman emosional yang lebih dalam.
2. Sadari Bahwa Nostalgia Bisa Jadi Mekanisme Pelarian
Menurut banyak psikolog hubungan, nostalgia terhadap masa pacaran sering muncul saat seseorang merasa tertekan, jenuh, atau tidak puas dengan kondisi rumah tangga saat ini.
Otak menggunakan kenangan positif sebagai pelarian dari stres. Masalahnya, bila dibiarkan, kebiasaan ini membuat seseorang sulit menikmati hubungan yang ada. Cara mengatasinya adalah dengan mengenali sumber kejenuhan dan menyelesaikannya, bukan melarikan diri pada kenangan lama.
3. Ciptakan Kembali Sensasi Positif yang Hilang
Rasa bahagia dalam hubungan dapat dibangun ulang lewat aktivitas yang memicu hormon positif. Coba hal hal sederhana seperti berjalan sore, tertawa bersama, atau membuat kegiatan baru yang menyenangkan.
Tujuannya bukan untuk “mengulang masa lalu,” tetapi untuk menciptakan pengalaman emosional yang baru dan segar. Ketika otak kembali terbiasa merasakan kebahagiaan bersama pasangan, nostalgia otomatis berkurang.
4. Komunikasi: Pondasi yang Harus Dijaga
Hubungan yang sehat tidak bisa bertahan tanpa komunikasi terbuka. Banyak pasangan berhenti berbicara dari hati ke hati setelah menikah karena terlalu sibuk dengan urusan rumah tangga.
Psikolog keluarga menyarankan agar pasangan menyisihkan waktu 10 sampai 15 menit setiap hari hanya untuk berbicara, tanpa gawai, tanpa gangguan. Fokuskan pembicaraan pada perasaan, bukan masalah. Dengan komunikasi yang rutin, jarak emosional dapat dicegah sebelum tumbuh menjadi konflik.
5. Pelajari Bahasa Cinta Pasangan
Dr. Gary Chapman dalam bukunya The 5 Love Languages menjelaskan bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan cinta: kata afirmasi, waktu berkualitas, sentuhan, pelayanan, dan hadiah.
Banyak pasangan merasa kehilangan romantisme karena tidak memahami cara pasangan menunjukkan kasih sayang. Misalnya, seseorang merasa “tidak lagi diperhatikan,” padahal pasangannya menunjukkan cinta dengan cara membantu di rumah atau bekerja keras demi keluarga. Mengenali bahasa cinta pasangan membantu hubungan tetap hangat dan saling menghargai.
6. Hargai Perbedaan dan Perubahan
Setelah menikah, setiap individu pasti berubah. Perubahan ini bisa berasal dari tanggung jawab, usia, hingga tekanan hidup.
Jangan jadikan perubahan itu alasan untuk kecewa. Justru, pelajari versi baru dari pasanganmu. Dengan rasa ingin tahu yang sehat, hubungan tetap terasa hidup dan tidak membosankan. Hubungan yang stagnan biasanya muncul karena pasangan berhenti saling mengenal.
7. Kelola Harapan Secara Realistis
Salah satu kesalahan umum adalah berharap hubungan selalu penuh gairah seperti masa pacaran. Ekspektasi yang tidak realistis ini sering membuat pasangan merasa gagal.
Hubungan yang matang tidak bergantung pada intensitas emosi, tetapi pada kedekatan batin, rasa hormat, dan dukungan. Dengan harapan yang realistis, pasangan bisa lebih fokus memperkuat fondasi pernikahan daripada mengejar sensasi romantis yang tidak berkelanjutan.
8. Bangun Tradisi dan Kenangan Baru
Kenangan positif tidak hanya milik masa lalu. Setiap pasangan bisa menciptakan tradisi kecil yang menjadi identitas hubungan mereka.
Misalnya, makan malam berdua setiap akhir pekan, menulis surat cinta setiap ulang tahun pernikahan, atau berjalan bersama di pagi hari. Tradisi kecil ini membantu pasangan memiliki sesuatu untuk dinantikan, memperkuat ikatan emosional, dan menggantikan nostalgia dengan kebahagiaan baru.
9. Terapkan Kebiasaan Apresiasi Setiap Hari
Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang saling mengucapkan terima kasih dan memuji satu sama lain lebih bahagia daripada yang tidak.
Kebiasaan apresiasi sederhana seperti “terima kasih sudah membantu” atau “aku bangga padamu” bisa memperbaiki suasana hati dan mempererat hubungan. Saat rasa dihargai tumbuh, nostalgia terhadap masa lalu akan tergantikan oleh rasa syukur terhadap hubungan yang ada sekarang.
10. Ketika Nostalgia Mulai Mengganggu, Cari Dukungan Profesional
Jika nostalgia mulai menimbulkan konflik atau perasaan tidak puas yang berkepanjangan, konsultasi dengan konselor pernikahan bisa menjadi solusi bijak. Terapis dapat membantu pasangan memahami pola hubungan, memperbaiki komunikasi, dan menumbuhkan kembali kedekatan emosional yang mungkin sempat hilang.
Langkah ini bukan tanda kegagalan, melainkan bentuk kedewasaan dalam menjaga hubungan.
Penutup
Nostalgia masa pacaran memang indah, tetapi pernikahan menawarkan bentuk cinta yang lebih utuh. Cinta yang lahir dari komitmen, tanggung jawab, dan keberanian untuk tetap memilih satu sama lain setiap hari.
Hubungan yang sehat tidak diukur dari seberapa sering kalian merasa berbunga bunga, tetapi seberapa kuat kalian bertahan dan tumbuh bersama.
Jadi, daripada merindukan masa lalu, jadikan hari ini sebagai waktu untuk menciptakan kenangan baru yang suatu hari nanti akan kalian kenang dengan senyum yang sama.
